PENGALAMAN MENJADI VOLUNTEER DI BILATERAL WORK CAMP SANGIRAN-SOLO BERSAMA GREAT INDONESIA

Holaaaaaa hai. Baiklah ini adalah tulisan pertama aku yang masih bingung ingin mengisi apa di blog aku ini. Sebenarnya blog ini sudah ada sejak lama namun baru sekarang lagi aku lirik karna terbesit dalam pikiranku untuk berbagi setiap cerita perjalanan kegiatan maupun liburan  selama 2 tahun terakhir ini. 

Oke mungkin aku akan mengawali cerita ini dengan pengalaman menjadi volunteer di kegiatan Bilateral Workcamp Sangiran yang diselenggarakan oleh GREAT INDONESIA. Ada yang tau sebelumnya dengan kegiatan ini?? atau ada yang sudah pernah juga menjadi volunteer dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh GREAT INDONESIA?? Atau jangan-jangan belum tahu dengan keberadaan Great Indonesia itu sendiri? tenanggg aku pun dulu sama seperti kalian 😀

GREAT itu adalah singkatan dari Gerakan Kerelawanan Internasional yang merupakan salah satu organisasi non pemerintahan yang menyelenggarakan layanan sukarela Internasional di Indonesia. GREAT ini terdiri dari relawan berdedikasi jangka panjang yang percaya bahwa dengan gerakan ini dapat memberi kesempatan kepada semua pemuda tanpa terkecuali untuk mengakses pengalaman dan pendidikan yang bertumbuh menjadi agen perubahan dalam hidupnya masing-masing. GREAT juga melakukan beberapa kerja sama dengan organisasi atau isntitusi dari lokal, nasional maupun internasional, jadi gak cuma menjadi tuan rumah dalam proyek-proyek di Indonesia namun juga GREAT mengirimkan sukarelawan Indoneisa pergi ke luar negri. 

Sooo, GREAT itu punya segudang proyek yang setiap tahunnya selalu rutin diselenggarakan, nah salah satunya Bilateral Workcamp Sangiran yang aku ikuti dari tanggal 27 April-4 Mei 2018 kemaren. Workcamp Sangiran ini bermitra dengan BPSMP (Badan Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran) dan sekolah lokal. Proyek yang dijalankan disana adalah pelestarian warisan dunia untuk anak muda baik dalam pendekatan manual maupun pendidikan serta membantu Young Guardian Club Sangiran dalam memecahkan masalah yang ada. Jadi fokus besar dalam Workcamp ini yaitu belajar tentang pelestarian dan konservasi manusia purba sangiran. Nah selanjutnya tujuannya proyek ini pun yaitu untuk memberikan kesempatan kepada sukarelawan Internasional untuk mempelajari lebih lanjut tentang situs manusia purba sangiran serta upaya pelestariannya (sebenarnya gak cuma buat sukarelawan Internasional tapi juga yang nasional seperti aku ini, yang dulu nya gak tahu ada musium manusia purba eh jadi tahu hihihi), kemudian kegiatan ini juga sebagai sarana untuk mempromosikan konservasi warisan dunia untuk pemuda atau siswa lokal melalui Young Guardian Club. 
  
Waktu yang ditunggupun datang, hari pertama kami sampai di Sangiran kami para relawan di kumpulkan di mess museum Sangiran yang mana nanti akan menjadi basecamp kami selama 8 hari disana. Setelah semua relawan datang kita melakukan perkenalan antara relawan dengan Camp Leader yang kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok Washing Team dan Cooking Team serta rules kita selama workcamp yang salah satunya adalah mewajibkan kita relawan untuk berbicara dengan bahasa inggris karna disana tidak hanya kami orang Indonesia namun juga ada relawan dari Jepang yang tentu saja tujuannya agar komunikasi kita mudah. Setelahnya kita bersih-bersih badan dan makan malam serta jam bebas untuk istirahat untuk memulai kegiatan di hari esok.

 

Nah inilah penampakan volunteer dari workcamp Sangiran kemaren. Dari ujung Kanan (Mas yang berbaju kuning beliau adalah salah satu staf dari BPSMP yang kemaren menjadi pemandu saat kita berkeliling di Museum Sangiran), disebelahnya itu adalah aku sendiri (yang menggunakan kerudung hitam, baju atasan sasirangan dan bawahan batik), disampingku ada Syifa akrabnya panggil Tata yang berasal dari Salatiga, disamping Tata ada Nadiya yang berasal dari Bandung, disamping Nadiya ada Mas Syaiful selaku Camp Leader kami selama workcamp, disamping Mas Syaipul ada Yosuke Nakajima yang berasal dari Jepang (Yosuke salah satu volunteer Internasional dari NICE) dan yang terakhir adalah Hilal yang berasal dari Jombang (Dia masih SMA loh, duh salut). Jadi selama 8 hari saya bersama mereka menjalankan project dan belajar bersama tentang pelestarian manusia purba di Sangiran. 

Diatas itu adalah foto hari kedua setelah pembukaan resmi dari pihak BPSMP, menyambut tanu museum  dan kunjungan lapang di museum Sangiran itu sendiri. Kemudian setelah makan malam kami ada kelas bahasa. Nah kali ini kelas bahasa di isi oleh Yosuke, jadiiii kami belajar bahasa Jepang (yeay) walaupun cuma Conversasion dasar tapi seenggaknya punya bekal nanti buat perkenalan diri menggunakan bahasa Jepang hihihi. Dan sebaliknya Yosuke pun belajar Bahasa Indonesia dari kita.

 

Hola ini adalah kegiatan kami di hari ketiga yaitu Visit School ke SMKN 1 Kalijambe dan SMPN 1 Kalijambe. Pada saat Visit School ini kita dari relawan memaparkan beberapa warisan dunia yang ada di Indonesia dan Jepang dan juga kita mempromosikan Young Guardian Club. Setelah Visit School kami kembali ke basecamp untuk makan siang lalu dilanjutkan dengan agenda mengunjungi laboratorium di museum sangiran dan melihat fosil asli di ruang penyimpanan.  

 

Ini adalah salah satu kegiatan kita di laboratorium, membersihkan kotoran dari fosil hasil temuan yang nantinya akan diobservasi untuk menentukan berapa umur fosil dan data-data lainnya yang diperlukan untuk penyimpanan serta pendataan setiap fosil.

  

 

Selain kunjungan dan belajar di museum Sangiran kami juga ada agenda untuk kunjungan dan belajar di museum Dayu, Bukuran dan Ngebung yang mana tiga museum ini masih satu claster dengan museum Sangiran. Namun setiap museum mempunyai tema nya masing-masing namun masih berpautan dengan museum Sangiran. Oh iya di foto ini ada satu lagi volunteer Internasional dari Jepang juga yaitu Koichi Kizaki, Koichi memang datang 5 hari setelah kegiatan berjalan. 

  

Tak tertinggal pula kegiatan yang paling menyenangkan yaitu training batik tulis. Pertama kali bagi aku menyentuh canting dan lilin panas ini untuk menggambar pola yang sudah dicetak. Ternyata tidak mudah menggoreskan canting berisi lilin panas ini di atas kain berpola dan beberapa kali tanganku terkena lilin panas, hehe lumayan perih lah. Sekarang aku tahu kenapa batik tulis itu harganya mahal, ya karna pengerjaannya yang sulit seperti ini, belum lagi di warnai. Nah yang membuat harganya tambah mahal itu adalah proses pewarnaan, makin banyak warna yang di pakai maka makin susah pengerjaannya dan makin mahal pula hargnya mueheheh. Jadi bersyukurlah untuk kita para konsumen yang menikmati hasil jerih payah ibu-ibu ini dalam membuat batik tulis ini dengan cara tidak menawar sadis saat membelinya (mommy be like yaaa hihi)


Mungkin sekian cerita dari aku, yang ingin selalu aku ingatkan buat teman-teman semua mari kita peduli dengan warisan dunia yang ada di Indonesia. Mari sama-sama kita lestarikan dan jaga warisan dunia kita. Kalau bukan kita generasi muda sekarang siapa lagi. Oh iya dan aku sarankan kalau main ke Solo jangan lupa berkunjung ke museum Sangiran ya 😊  


Loc : Museum Purbakala Sangiran Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen-Jawa Tengah 

0 comments:

Post a Comment